Menegur kesalahan anak
Anak-anak
amat membutuhkan perhatian orangtuanya, coba saja perhatikan apabila orangtua
sibuk melakukan sesuatu dan seperti mengabaikannya, pasti ada saja ulah yang
dilakukan mereka untuk menarik perhatian ibu atau ayahnya.
Dan itu biasanya berupa kenakalan atau perbuatan
yang menjengkelkan, sehingga biasanya amarah si orangtua pun terpancing. Bila
rangkaian proses ini selalu berulang, orangtua sibuk, anak berulah dan orangtua
marah, lalu kembali ke kesibukan, apa yang mungkin dirasakan anak adalah
kekecewaan yang berlipat. Belum lagi jika ucapan-ucapan yang bernada mengecap
keluar dari mulut orangtua.
Misalnya "dasar anak nakal" atau
"kamu ini memang tidak bisa dibilangin". Ucapan seperti itu, selain
tak ada gunanya karena tak akan memperbaiki tingkah laku anak, juga membentuk
konsep diri negatif pada anak. Para orang tua jangan
pernah mengira kalau anak tidak mengerti kemarahan tersebut, mereka hanya tidak
bisa mengungkapkannya lewat kata-kata. Akan tetapi ucapan-ucapan negatif yang
ditujukan kepada mereka jelas sangat berpengaruh pada perkembangan jiwa mereka.
Ada
banyak hal sebenarnya, yang bisa dilakukan dilakukan orang tua untuk mengatasi terjadinya
kenakalan anak yang berulang-ulang. Yang perlu diingat; anak-anak mempunyai
dunia yang berbeda dengan orang dewasa. Sebelum mereka mengetahui benar salah
mereka hanya melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Jadi, kebiasaan-kebiasaan
yang dilihat terus menerus oleh mereka itulah yang membentuk kepribadian
mereka. Daya imaninasi mereka sangatlah tinggi sehingga ketika mereka melakukan
kenakalan-kenakalan yang kita anggap itu kenakalan bagi mereka sebenarnya
sedang bermain dengan permainan yang ingin mereka mainkan. Kadangkala rasa
penasaran yang sedemikan tinggi itulah yang mendorong mereka melakukan hal
tersebut. Jadi, tidak semua kenakalan itu bisa kita sebut kenakalan.
Kalaulah kenakalan tersebut adalah kesalahan yang
harus diluruskan, jika bisa diatasi dengan senyuman kenapa harus dengan
kemarahan, kalau bisa dengan usapan kenapa harus dengan pukulan, kalau
bisa dengan kecupan kenapa harus dengan cubitan. Dengan mengekspresikan kasih
sayang dalam menegur kesalahan, si anak akan tetap merasa nyaman walaupun
mereka melakukan kesalahan, pun ketika mereka belum mengetahui dimana letak
kesalahan mereka. Yang mereka tahu adalah mereka selalu menginginkan perhatian
lebih dari orangtuanya.
Mereka akan bahagia kalau orangtua menunjukkan
ekspresi kasih sayang. Misalnya dengan memeluk, mengusap kepala atau sekadar
berbicara dengan lemah lembut. Orang tua harus memiliki kesabaran
menghadapi anak-anak yang nakal. Kesabaran orangtua memang sangat
dituntut ketika mendidik anak jika ingin jiwa mereka stabil dan berkembang
dengan sempurna.
Kesabaran orangtua terkadang bisa membuat anak
mengerti bahwa apa yang dilakukannya salah. Sebaliknya dengan cara kekerasan
terkadang anak malah akan semakin melawan dan memberontak. Memang untuk urusan
ini butuh kesabaran ekstra dari orang tua.
Walaupun yang dilakukan anak salah, jangan
langsung membentak anak.Karena itu akan melukai perasaannya. Hal itu bisa
menyebabkan dendam hingga anak dewasa nanti. Dendam pada anak juga akan
memengaruhi sifat dia kelak ketika dewasa. Si kecil akan menjadi orang yang
mudah marah dan suka melakukan kekerasan. Ketika orang tua memarahi anak
sebenarnya mereka sedang mengajari si anak cara marah. Ketika orang memukuli
anaknya sebagai imbalan kenakalan mereka sebenarnya mereka sedang mengajari anak-anak
cara memukul.
Jangan biasakan marah dalam menegur. Jadikan
marah sebagai senjata pamungkas bila semua usaha lemah lembut gagal. Karena
buru-buru mengeluarkan senjata pamungkas untuk sebuah kesalahan kecil adalah
sebuah kesalahan, bagaimana jika terjadi pelanggaran besar?.
Kalaupun marah jangan biasakan dengan memukul.
Kenapa tidak dengan ekspresi muka yang menunjukkan ketidaksukaan, atau bermuka
masam dengan tidak tersenyum? Marahlah jika anak benar-benar telah salah,
misalnya meludahi ibu atau ayahnya atau kesalahan yang fatal yang dikhawatirkan
akan menjadi kebiasaan jika dibiarkan. Namun, sebelumnya berilah nasihat dengan
lembut karena jiwa anak akan tersentuh dengan kelembutan.
Jiwa anak-anak sangat kuat daya rekamnya.
Pengaruh kata-kata sangat kentara dalam pertumbuhan psikologinya. Sehingga
semakin banyak nasehat-nasehat positif yang diterima, akan semakin stabil
pertumbuhan jiwanya. Sebaliknya, bila ia sering menerima kata-kata kasar,
makian atau ucapan-ucapan jorok maka pertumbuhan jiwanya akan menjadi labil.
Lihatlah Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam ketika menegur Umar bin Abi Salamah kecil ketika ia makan dengan mengambil makanan yang terletak jauh dari jangkauannya. Beliau memilih kata-kata yang lembut tetapi mengena ketimbang teguran keras yang menohok. Meskipun hasilnya sama, yaitu si anak tidak lagi melakukannya, tetapi kesan yang ditangkap oleh jiwa si anak akan sangat berbeda. Beliau mengatakan; Ya ghulam sammillah, kul biyaminik wa kul mimma yaliik ( nak, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari yang terdekat denganmu ).
Karena anda tahu, siapa yang harus anda contoh.
Lihatlah Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam ketika menegur Umar bin Abi Salamah kecil ketika ia makan dengan mengambil makanan yang terletak jauh dari jangkauannya. Beliau memilih kata-kata yang lembut tetapi mengena ketimbang teguran keras yang menohok. Meskipun hasilnya sama, yaitu si anak tidak lagi melakukannya, tetapi kesan yang ditangkap oleh jiwa si anak akan sangat berbeda. Beliau mengatakan; Ya ghulam sammillah, kul biyaminik wa kul mimma yaliik ( nak, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari yang terdekat denganmu ).
Karena anda tahu, siapa yang harus anda contoh.